Mengenal Sejarah Di Museum Tertua Di Indonesia, Radya Pustaka Surakarta

Hallo teman-teman semua

Sudahkah jalan-jalan hari ini? tentunya jangan sampai lupa akan hal itu, karena untuk tetap menjaga semangat akan rutinitas sehari-hari.

Nah untuk destinasi wisata kali ini, kami masih akan membahas mengenai wisata edukasi, dan juga masih di sekitar solo. Karena pada dasarnya Solo merupakan kota yang memiliki segudang wisata, baik alam maupun sejarah yang wajib untuk dikunjungi satu persatu.

Oh iya sebelumnya kami sudah membahas apa itu wisata edukasi, di post kami mengenai Berwisata Edukasi Di Museum Keris Nusantara Surakarta. Namun kami akan tetap memberitahu kalian secara singkat mengenai wisata edukasi. Wisata Edukasi sendiri suatu kegiatan yang menggabungkan unsur kegiatan wisata dengan muatan pendidikan di dalamnya, baik itu tempat wisata nya maupun kegiatan wisatanya.

Untuk wisata kali ini yang ingin kami bahas yaitu mengenai Museum Radya Pustaka di kota Surakarta, untuk kalian warga kota Surakarta tentunya banyak yang sudah mengetahui Museum ini, karena museum ini mempunyai julukan sebagai “Museum Tertua Di Indonesia”.

Solo sendiri merupakan salah satu Kota di Indonesia yang memiliki slogan pariwisata merupakan "The Spirit Of Java". Hal tersebut tak lain karena Kota Solo ini terkenal akan Kebudayaan Jawa, Keramahan, serta Sopan santu dari masyarakatnya.

Museum Radya Pustaka  ini berada di Jl Brigjen Slamet Riyadi, Sriwedari, Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah. Posisinya ada di kanan jalan utama Kota Solo, bersebelahan dengan tempat wisata lainnya, yaitu Taman Sriwedari.


Museum ini didirikan pada tanggal 8 Oktober 1890 oleh KRA Sosrodiningrat IV. Wah sudah lama sekali ya, pantas saja museum ini dijuluki sebagai Museum tertua di Indonesia. Radya Pustaka berasal dari kata "Radya" yang berarti keraton atau negara, sedangkan "Pustaka" berarti perpustakaan. Radya Pustaka memiliki makna sebagai perpustakaan keraton atau perpustakaan negara.

Bilamana kalian masuk ke Museum ini, di pintu masuk kalian sudah disuguhkan dengan pajangan berupa arca yang ukurannya cukup besar, serta meriam kuno yang menghiasi sisi kiri dan kanan museum. Bila kalian masuk lebih dalam lagi, kalian akan menemui ruangan dengan koleksi keris serta buku-buku kuno yang terpajang di dalam ruangan tersebut.

Selain keris, juga ada blangkon, meja, senapan, tombak yang mana semuanya memiliki nilai sejarah yang tinggi. Di Museum ini juga terdapat ruangan yang berisikan mengenai kertas-kertas kuno, dimana di dalam ruangan ini tidak sembarang orang bisa masuk, hanya orang yang berkepentingan saja yang dapat memasuki ruangan ini, karena ruangan ini memang dikhususkan untuk penelitian. Kertas kuno tersebut juga masih menggunakan aksara-aksara Jawa kuno, sehingga ada beberapa sejarawan yang memang dikhususkan untuk melakukan penelitian terhadap barang-barang tersebut.

Di ruangan selanjutnya, kalian dapat melihat gamelan atau alat musik Jawa lainnya, piring-piring kuno serta wayang-wayang yang tersimpan rapi di dalam lemari kaca yang terpampang di sisi kiri dan kanan museum. Nah, terdapat juga replika kapal Raja Mala sepanjang kurang lebih 2 meter. Kapal Rajamala dibuat di masa Paku Buwono IV di awal 1800-an. Kapal tersebut kerap dipakai PB IV untuk pelesir menyusuri Sungai Bengawan Solo.

Namun tak hanya replika saja, di ruangan kecil sebelah kiri replika kapal tersebut juga ada beberapa bagian kapal asli yang berhasil ditemukan dan di pajang di Museum Radya Pustaka ini. Terdapat vidio juga mengenai sejarah sungai Bengawan Solo yang menyimpang banyak sekali cerita,  yang dapat kita lihat dan pelajari.


Tak berakhir disitu saja, masih ada 2 ruangan tersisa di Museum ini, yaitu ruangan arca yang berada di luar museum, ruangan ini memamerkan beberapa arca peninggalan Jawa zaman dahulu. Di ruangan satunya lagi, terdapat beberapa koleksi baju adat Jawa, serta koin-koin kuno lainnya. Dan juga terdapat replika Imogiri yang cukup besar, Imogiri sendiri adalah peristirahatan terakhir para raja dari Dinasti.
Yang menjadi daya tarik museum ini salah satunya adalah di bagian halaman museum, terdapat patung Rangga Warsita, seorang pujangga besar yang hidup di Surakarta pada abad 19.  

Nah, Pada tahun 2006, museum ini sempat menjadi pemberitaan karena sebagian koleksinya hilang. Koleksi yang asli telah ditukar dengan replika. Setelah melalui pencarian, sebagian dari koleksi yang hilang dapat ditemukan. Sebagian koleksi yang ada di museum ini pun merupakan replika, yang ditandai dengan keterangan khusus. Museum Radya buka dari Hari Selasa sampai dengan Hari Minggu. Waktu operasionalnya adalah dari jam 08.30 WIB sampai jam 13.00 WIB. (Wisata Solo.)

Untuk tiket masuk ke Museum ini untuk sekarang masih gratis, tentunya hal tersebut seharusnya dapat mengundang wisatawan baik masyarakat Kota Solo maupun luar kota untuk lebih jauh mengenal mengenai sejarah dari Indonesia yang terdapat di Museum Radya Pustaka ini, Museum Tertua di Indonesia.

Tunggu apalagi, yuk ke Surakarta!


Load comments

0 Comments